Museum ini memiliki hubungan yang sangat erat dengan Gedung Merdeka.
Secara keseluruhan Gedung Merdeka memiliki dua bangunan utama, yang
pertama disebut Gedung Merdeka sebagai tempat sidang utama, sedangkan
yang berada di samping Gedung Merdeka adalah Museum Konferensi Asia
Afrika sebagai tempat memorabilia Konferensi Asia Afrika.
Latar belakang dibangunnya museum ini adalah adanya keinginan dari para pemimpin bangsa-bangsa di Asia dan Afrika untuk mengetahui tentang Gedung Merdeka dan sekitarnya tempat Konferensi Asia Afrika berlangsung. Konferensi Asia Afrika yang diselenggarakan di Bandung pada tanggal 18
sampai dengan 24 April 1955 mencapai kesuksesan besar, baik dalam
mempersatukan sikap dan menyusun pedoman kerja sama di antara
bangsa-bangsa Asia Afrika maupun dalam ikut serta membantu terciptanya
ketertiban dan perdamaian dunia. Konferensi ini melahirkan Dasa Sila
Bandung yang kemudian menjadi pedoman bangsa-bangsa terjajah di dunia
dalam perjuangan memperoleh kemerdekaannya dan yang kemudian menjadi
prinsip-prinsip dasar dalam usaha memajukan perdamaian dan kerja sama
dunia. Kesuksesan konferensi ini tidak hanya tampak pada masa itu,
tetapi juga terlihat pada masa sesudahnya, sehingga jiwa dan semangat
Konferensi Asia Afrika menjadi salah satu faktor penting yang menentukan
jalannya sejarah dunia.
Museum Perjuangan Rakyat Jawa Barat
Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat (MPRJB) terletak di kawasan terbuka
sisi Utara Gedung Sate, bergaris bentang lurus antara Gedung Sate,
Lapangan Gasibu dengan "MPRJB" sehingga membentuk sebuah sumbu garis
lurus dengan komplek kantor walikota (Gedung Sate) dan DPRD tersebut.
Kalau pandangan diteruskan lagi ke Utara, bertemulah kita dengan Gunung
Tangkuban Perahu.
Latar belakang berdirikannya Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat (M PRJB) ialah sebagai pengabdian nilai-nilai kebudayaan dan sebagai sarana pewarisan nilai-nilai perjuangan rakyat Jawa Barat kepada generasi yang akan datang. "MPRJB" dirancang oleh arsitek Bandung Slamet Wirasonjaya dan perupa Sunaryo, pembangunannya dimulai pada tahun 1991 secara bertahap dan selesai tahun 1995. Luas lahannya ± 72.040 m. dengan luas bangunan 2.143 m.
Latar belakang berdirikannya Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat (M PRJB) ialah sebagai pengabdian nilai-nilai kebudayaan dan sebagai sarana pewarisan nilai-nilai perjuangan rakyat Jawa Barat kepada generasi yang akan datang. "MPRJB" dirancang oleh arsitek Bandung Slamet Wirasonjaya dan perupa Sunaryo, pembangunannya dimulai pada tahun 1991 secara bertahap dan selesai tahun 1995. Luas lahannya ± 72.040 m. dengan luas bangunan 2.143 m.
Monumen Bandung Lautan Api
Monumen Bandung Lautan Api merupakan manifestasi dari perjuangan rakyat
Bandung untuk mengusir penjajahan dari kota yang dikenal dengan sebutan
Paris van Java ini. Monumen Bandung Lautan Api ini bisa dikatakan
menjadi markah tanah Bandung. Berdiri kokoh dengan ketinggian sekitar 45
meter dengan 9 sisi. Monumen Bandung Lautan Api ini sendiri dibangun
untuk memperingati peristiwa Bandung Lautan Api yang dipimpin oleh
Muhammad Toha dengan melakukan pembumihangusan Bandung Selatan.
Monumen Bandung Lautan Api ini berlokasi di kawasan Tegallega. Istilah
“Bandoeng Laoetan Api” sendiri memiliki sejarahnya yang tak sederhana.
Ketika itu, ultimatum dari penjajah kepada Tentara Republik Indonesia
(TRI) untuk meninggalkan Bandung melahirkan politik “pembumihangusan”.
Semua rakyat dan pejuang Kota Bandung tentu tak rela kotanya harus jatuh
ke tangan asing. Akhirnya mereka menyusun siasat dengan bermigrasi ke
selatan kota dan melakukan musyawarah. Oleh sejumlah kalangan
pembungihangusan Bandung merupakan langkah yang paling tepat. Rasio
antara tentara sekutu dengan TRI jelas tak bisa dibandingkan dari segi
jumlah maupun pasokan persenjataan.
Museum Pos Indonesia
Museum Pos dibuka pada tahun 1931
dengan nama Museum Pos, Telegraf dan Telepon (PTT). Ketika pertama
didirikan, sebagian besar koleksinya berupa perangko dari dalam dan luar
negeri. Setelah keadaannya yang kurang terawat selama Perang Dunia
ke-II, dari tanggal 18 Desember 1980, koleksinya diusahakan untuk
dilengkapi lagi dengan melakukan inventarisasi dan mengumpulkan
benda-beda sejarah yang harus dijadikan koleksi museum.
Tiga tahun selanjutnya, museum diresmikan Menparpostel di tanggal 27 September 1983, ketika Hari Bhakti Postel ke-30. Sampai pada masa itu, museum sudah memiliki koleksi benda-benda dan peralatan yang ada hubungannya dengan proses sejarah pos dari masa ke masa, selama lima masa pemerintahan yaitu dari masa Kompeni dan Bataafsche Republiek (1707-1803), masa pemerintahan Daendels (1808-1811), masa pemerintahan Inggris (1811-1816), masa pemerintahan Hindia Belanda (1866-1942), masa Jepang (1942-1945) dan masa Kemerdekaan.
Tiga tahun selanjutnya, museum diresmikan Menparpostel di tanggal 27 September 1983, ketika Hari Bhakti Postel ke-30. Sampai pada masa itu, museum sudah memiliki koleksi benda-benda dan peralatan yang ada hubungannya dengan proses sejarah pos dari masa ke masa, selama lima masa pemerintahan yaitu dari masa Kompeni dan Bataafsche Republiek (1707-1803), masa pemerintahan Daendels (1808-1811), masa pemerintahan Inggris (1811-1816), masa pemerintahan Hindia Belanda (1866-1942), masa Jepang (1942-1945) dan masa Kemerdekaan.
Museum Geologi
Museum Geologi didirikan pada tanggal 16 Mei 1928. Museum ini telah direnovasi dengan dana bantuan dari JICA (Japan International Cooperation Agency). Setelah mengalami renovasi, Museum Geologi dibuka kembali dan diresmikan oleh Wakil Presiden RI, Megawati Soekarnoputri pada tanggal 23 Agustus 2000.
Sebagai salah satu monumen bersejarah, museum berada di bawah
perlindungan pemerintah dan merupakan peninggalan nasional. Dalam Museum
ini, tersimpan dan dikelola materi-materi geologi yang berlimpah,
seperti fosil, batuan, mineral. Kesemuanya itu dikumpulkan selama kerja
lapangan di Indonesia sejak 1850.
Observatorium Boscha
Observatorium Bosscha merupakan salah satu tempat peneropongan bintang tertua di Indonesia. Observatorium Bosscha (dahulu bernama Bosscha Sterrenwacht) dibangun oleh Nederlandsch-Indische Sterrenkundige Vereeniging (NISV) atau Perhimpunan Bintang Hindia Belanda. Observatorium Bosscha berlokasi di Lembang, Jawa Barat, sekitar 15 km di bagian utara Kota Bandung dengan koordinat geografis 107° 36' Bujur Timur dan 6° 49' Lintang Selatan.
Tempat ini berdiri di atas tanah seluas 6 hektare, dan berada pada
ketinggian 1310 meter di atas permukaan laut atau pada ketinggian 630 m
dari dataran tinggi Bandung. Kode observatorium Persatuan Astronomi Internasional
untuk observatorium Bosscha adalah 299. Tahun 2004, Observatorium
Bosscha dinyatakan sebagai Benda Cagar Budaya oleh Pemerintah. Karena
itu keberadaan Observatorium Bosscha dilindungi oleh UU Nomor 2/1992
tentang Benda Cagar Budaya. Selanjutnya, tahun 2008, Pemerintah
menetapkan Observatorium Bosscha sebagai salah satu Objek Vital nasional
yang harus diamankan.
Alun-Alun Bandung
Waktu pertama berdirinya kota Bandung, kuda merupakan alat transportasi yang sangat penting yang dipakai untuk mengantarkan surat. Biasanya, dalam jarak tertentu pasti ada kuda pengganti untuk menggantikan kuda pertama. Biasanya berada di pos ganti. Salah satu pos pengganti yang ada di jalan raya pos (Grote Postweg) ada di dekat gedung Kantor Pos Besar Bandung yang sekarang adanya di sebelah jalan raya pos (Grote Postweg) dan Jalan Banceuy. Jalan Banceuy sebenarnya awal mula berasal dari nama Oude Kerkhoffweg karena disana pernah dijadikan tempat kuburan China. Sekarang tempat itu dijadikan pusat penjualan suku cadang mobil dan listrik. Alun-alun Bandung yang adanya di sebelah selatan Grote Postweg bisa disebut masih ada, bisa juga disebut tidak ada. Disebut tidak ada karena secara fisik sudah dijadikan plaza Masjid Raya Bandung-Provinsi Jawa Barat. Sebaliknya disebut ada, sebab masyarakat Bandung masih menyebut tempat ini alun-alun.
Gedung Sate
Gedung Sate, dengan ciri khasnya berupa ornamen tusuk sate pada menara sentralnya, telah lama menjadi penanda atau markah tanah Kota Bandung yang tidak saja dikenal masyarakat di Jawa Barat, namun juga seluruh Indonesia bahkan model bangunan itu dijadikan pertanda bagi beberapa bangunan dan tanda-tanda kota di Jawa Barat. Misalnya bentuk gedung bagian depan Stasiun Kereta Api Tasikmalaya. Mulai dibangun tahun 1920, gedung berwarna putih ini masih berdiri kokoh namun anggun dan kini berfungsi sebagai gedung pusat pemerintahan Jawa Barat.